Isnin, 8 Jun 2020

ANAK POKOK INDIGOFERA ZOLLINGERIANA

Tumbuhan indigofera sudah lama dikenal di Indonesia. Informasi yang dapat dipercaya mengatakan bahwa Indigofera dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa sekitar tahun 1900, dan sekarang terus berkembang secara luas. Di Wilayah Jawa Barat tanaman yang dikenal dengan nama tarum ini sudah sejak lama digunakan sebagai pewarna kain(tinctoria) demikian juga halnya di wilayah pulau Jawa Iainnya.

Pemanfaatan tumbuhan ini sebagai makanan ternak, baik di wilayah Jawa Barat maupun di wilayah lain di Indonesia baru dipublikasikan pada awal tahun 2000. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternakan yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Perkebunan indigofera yang pertama di Indonesia adalah di Wonogiri (Jawa Tengah) sebagai salah satu tanaman yang wajib ditanam disamping kopi, tebu dan teh pada saat tanam paksa pada tahun 1830, jadi jauh sebelum tahun 1900. Selanjutnya dilaporkan bahwa masyarakat di sekitar Ambarawa, Jawa Tengah hanya mengetahui bahwa Indigofera baik sebagai tanaman peneduh kopi dan dapat menyuburkan tanaman kopi.

Jenis-jenis lndigofera dapat tumbuh sampai 1.650 m di atas permukaan laut, dan tumbuh subur di tanah gambut yang kaya akan bahan organik. indigofera ditanam di dataran tinggi dan sebagai tanaman sekunder di tanah sawah. Jika digunakan sebagai tanaman penutup tanah, Indigofera hanya dapat ditanam di kebun dengan sedikit naungan atau tanpa naungan. Jenis ini menyenangi iklim yang panas dan lembab dengan curah hujan tidak kurang dari 1.750 mm/tahun. Tanaman ini mampu bertahan terhadap pengenangan selama 2 bulan.

Indigofera dijumpai di tempat-tempat terbuka dengan sinar matahari penuh, misalnya lahan-lahan terlantar, pinggir jalan, pinggir sungai, dan padang rumput, kadang-kadang sampai ketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut.

Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan makanan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, ke 31% serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Leguminosa Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan kemarau 

Dengan kandungan protein yang tinggi (27 - 31%) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai makanan dasar maupun sebagai makanan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (Iaktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau.

Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan taninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 - 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tanin ini juga mendapat riaksi positif (disukai ternak).

Dalam hal kemampuan menghasilkan hijauan makanan ternakan dapat menghasilkan 5 ton/ha bahan hijauan setelah berumur 2 bulan dan 25 ton/ha apabila berumur 6 bulan. Setelah dipotong tumbuh ini akan kembali tumbuh dengan cepat. Spesies ini mengandung protein kasar sekitar 10% pada batangnya sampai Iebih dari 20% pada daunnya, sedangkan ADF-nya berkisar antara 28% hingga 36%. Dilaporkan juga bahwa schimperi tidak mengandung racun termasuk indospicine.

Untuk tempahan ank pokok penghantaran seluruh semenanjung Malaysia 
www.wassap.my/0174889528 pokok sena kedah

Kita ada 2 spesis

Indigofera Zollingeriana (untuk ternakan) 
Indigofera Tinctoria (untuk dye /perwarna)
pellet indigofera

Tiada ulasan:

Catat Ulasan